Bagi
sebagian bidang tertentu seperti teknik bangunan, arsitektur, matematika,
fisika atau cabang ilmu lain yang berhubungan dengan pembangunan tidak akan
asing mendengar kata “tali sipat”. Tali sederhana yang memiliki keistimewaan
tersebut menjadi andalan bagi para pekerja tukang bangunan/ kayu yang sedang
mengerjakan proyek pembangunan. Tali yang ujungnya terdapat pemberat
non-magnetik yang diikat menerapkan prinsip hukum gravitasi bumi akan
menentukan garis lurus dari atas ke bawah. Di masa lampau, biasanya tali sipat
akan diikatkan batu sebagai pemberat, dan dimasa kini tali tersebut diikatkan
dengan benda pemberat seperti bandul, yang disebut Mata Lot atau Plumb
Bob.
Karakteristik
sederhana dari tali sipat seringkali diabaikan oleh kebanyakan orang biasa
karena penggunaannya yang menggantung pada tembok, atau melintang vertikal
maupun horizontal di antara tembok-tembok, bahkan banyak orang tidak mengenal
dan menyadari tali tersebut serta kegunaannya. Namun, di mata tukang atau ahli
bangunan, tali sipat punya pengaruh besar dalam proyek pembangunan. Tali sipat
digunakan sebagai acuan atau patokan tegak lurusnya suatu bangunan yang sedang
didirikan, apakah bangunan tersebut tetap mengikuti tali sebagai garis penunjuk
tegak dan lurusnya bangunan atau mulai menyimpang dari tali tersebut. Apabila
suatu tembok atau bangunan yang didirikan menyimpang dari tali sipat, maka
kondisi bangunan tersebut akan terlihat miring dan rawan runtuh hingga
berakibat fatal.
Selain
mendirikan fondasi, dasar mendirikan bangunan adalah dengan memasang tali sipat
terlebih dulu. Sebelum mulai meletakkan batu pertama dalam pembangunan, tukang
bangunan bukan memakai insting sebagai standarisasi atau penunjuk, tetapi dia
akan membentangkan tali sipat dan membentuk sudut tertentu sebagai penunjuk,
sebelum batu satu per satu disusun hingga menjadi bangunan kokoh.
Alkitab
menuliskan di Yesaya 28:17 dan Amos 7:7-8 mengenai makna tali sipat Tuhan. Tali
sipat menggambarkan Firman Allah yang digunakan sebagai pedoman jalan keadilan
dan kebenaran di tengah-tengah orang Percaya. Allah berpesan melalui Firman-Nya
untuk segera kembali dari hidup yang menyimpang menuju pada jalan kebenaran.
Hidup yang tidak benar atau dijalani dengan kesia-siaan akan terlihat seperti
tembok bengkok/ miring dari sudut pandang Firman Allah sebagai tali sipat.
Apabila hidup kita telah menyimpang dari tali sipat Tuhan, mulai hancurkanlah
susunan “batu” yang bengkok tersebut, sadari dan akui kesalahan diri dan perbaiki
susunan hidup menurut “tali penunjuk” milik Tuhan saja sebelum terlambat
menjadi bangunan yang rawan runtuh dan menimbulkan dampak buruk yang besar.
Selama
masa pandemik ini mewabah mulai dari akhir tahun 2019 hingga kini, tentu kita
telah banyak mempelajari dan memahami sisi baik kehidupan, mulai dari berbagi
kasih, memberi dukungan bantuan, melatih kesabaran, dan hal lainnya, hingga
akhirnya pemerintah telah menerapkan New
Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru sebagai langkah pencegahan dan pengendalian Covid-19 di masa pandemik ini.
Perlu kita menyadari bersama bahwa “Tali Sipat” dapat merujuk pada Protokol
Kesehatan dan Pencegahan yang perlu kita terapkan bersama. Terkadang banyak
dari kita terlalu apatis, mengganggap pandemik ini sebagai konspirasi dan
menyepelekan hal ini, hingga mengabaikan setiap panduan pencegahan Covid-19.
Yang perlu dibangun dalam diri yaitu mulailah tumbuhkan sikap peduli, kembali
mengikuti “Tali Sipat” yang telah ditetapkan seperti halnya physical distancing, menjaga kebersihan,
menggunakan masker dalam beraktivitas dan hal lainnya.
Belajar
mengenai tali sipat mengingatkan kita akan standar kehidupan yang lurus dan
benar. Jangan sampai mengabaikan kebenaran hingga semuanya menjadi bangunan
yang rawan runtuh. Tuhan Yesus memberkati kita.
Renungan ini dipersembahkan oleh AWAL MULIA R.
TUMANGGOR
No comments:
Post a Comment