Wednesday, July 15, 2020

Tali Sipat

Bagi sebagian bidang tertentu seperti teknik bangunan, arsitektur, matematika, fisika atau cabang ilmu lain yang berhubungan dengan pembangunan tidak akan asing mendengar kata “tali sipat”. Tali sederhana yang memiliki keistimewaan tersebut menjadi andalan bagi para pekerja tukang bangunan/ kayu yang sedang mengerjakan proyek pembangunan. Tali yang ujungnya terdapat pemberat non-magnetik yang diikat menerapkan prinsip hukum gravitasi bumi akan menentukan garis lurus dari atas ke bawah. Di masa lampau, biasanya tali sipat akan diikatkan batu sebagai pemberat, dan dimasa kini tali tersebut diikatkan dengan benda pemberat seperti bandul, yang disebut Mata Lot atau Plumb Bob.  

Karakteristik sederhana dari tali sipat seringkali diabaikan oleh kebanyakan orang biasa karena penggunaannya yang menggantung pada tembok, atau melintang vertikal maupun horizontal di antara tembok-tembok, bahkan banyak orang tidak mengenal dan menyadari tali tersebut serta kegunaannya. Namun, di mata tukang atau ahli bangunan, tali sipat punya pengaruh besar dalam proyek pembangunan. Tali sipat digunakan sebagai acuan atau patokan tegak lurusnya suatu bangunan yang sedang didirikan, apakah bangunan tersebut tetap mengikuti tali sebagai garis penunjuk tegak dan lurusnya bangunan atau mulai menyimpang dari tali tersebut. Apabila suatu tembok atau bangunan yang didirikan menyimpang dari tali sipat, maka kondisi bangunan tersebut akan terlihat miring dan rawan runtuh hingga berakibat fatal.

Selain mendirikan fondasi, dasar mendirikan bangunan adalah dengan memasang tali sipat terlebih dulu. Sebelum mulai meletakkan batu pertama dalam pembangunan, tukang bangunan bukan memakai insting sebagai standarisasi atau penunjuk, tetapi dia akan membentangkan tali sipat dan membentuk sudut tertentu sebagai penunjuk, sebelum batu satu per satu disusun hingga menjadi bangunan kokoh.   

Alkitab menuliskan di Yesaya 28:17 dan Amos 7:7-8 mengenai makna tali sipat Tuhan. Tali sipat menggambarkan Firman Allah yang digunakan sebagai pedoman jalan keadilan dan kebenaran di tengah-tengah orang Percaya. Allah berpesan melalui Firman-Nya untuk segera kembali dari hidup yang menyimpang menuju pada jalan kebenaran. Hidup yang tidak benar atau dijalani dengan kesia-siaan akan terlihat seperti tembok bengkok/ miring dari sudut pandang Firman Allah sebagai tali sipat. Apabila hidup kita telah menyimpang dari tali sipat Tuhan, mulai hancurkanlah susunan “batu” yang bengkok tersebut, sadari dan akui kesalahan diri dan perbaiki susunan hidup menurut “tali penunjuk” milik Tuhan saja sebelum terlambat menjadi bangunan yang rawan runtuh dan menimbulkan dampak buruk yang besar.

Selama masa pandemik ini mewabah mulai dari akhir tahun 2019 hingga kini, tentu kita telah banyak mempelajari dan memahami sisi baik kehidupan, mulai dari berbagi kasih, memberi dukungan bantuan, melatih kesabaran, dan hal lainnya, hingga akhirnya  pemerintah telah menerapkan New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru sebagai langkah pencegahan dan pengendalian Covid-19 di masa pandemik ini. Perlu kita menyadari bersama bahwa “Tali Sipat” dapat merujuk pada Protokol Kesehatan dan Pencegahan yang perlu kita terapkan bersama. Terkadang banyak dari kita terlalu apatis, mengganggap pandemik ini sebagai konspirasi dan menyepelekan hal ini, hingga mengabaikan setiap panduan pencegahan Covid-19. Yang perlu dibangun dalam diri yaitu mulailah tumbuhkan sikap peduli, kembali mengikuti “Tali Sipat” yang telah ditetapkan seperti halnya physical distancing, menjaga kebersihan, menggunakan masker dalam beraktivitas dan hal lainnya.

Belajar mengenai tali sipat mengingatkan kita akan standar kehidupan yang lurus dan benar. Jangan sampai mengabaikan kebenaran hingga semuanya menjadi bangunan yang rawan runtuh. Tuhan Yesus memberkati kita. 
 

Renungan ini dipersembahkan oleh AWAL MULIA R. TUMANGGOR

No comments:

Post a Comment